Karena ijazah bukanlah faktor utama dalam persaingan di dunia kerja

JURNAL HIMAKOM Rektor berserta jajaran melihat pameran karya Prodi Ilmu Komunikasi dibawah naungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Institut Bisnis dan Informatika KOSGORO 1957 (IBI-K57), pada Hari Jumat, 11 Mei 2018,   mengadakan peresmian Radio IBI-K57 serta syukuran akan Prodi Ilmu Komunikasi IBI-K57 mendapatkan Akreditasi B. Acara yang dihadiri oleh Rektor IBI-K57 berserta para tamu undangan kurang lebih 50 orang termasuk staf kampus, Dosen dan Mahasiswa, berlangsung pada pukul 14.00 WIB. Welcome Dance Rektor serta para tamu undangan yang menghadiri kegiatan tersebut, disambut dengan pameran karya Visual dari mahasiswa Ilmu Komunikasi serta tarian yang dipersembahkan oleh Siti Nur Azizah sebagai simbol selamat datang. Ibu Enny widayati selaku dekan FISIP IBI-K57 dalam Sambutannya Mengatakan, aspek penting dalam menunjang perkembangan mahasiswa dibidang akademis yaitu dengan menyediakan fasilitas yang menunjang pengembangan keilmuan yang digelut

Landhuis Tjimanggis Peninggalan Zaman Kolonial Belanda

JURNAL HIMAKOM

Landhuis Tjimanggis


JARKOM – Disudut lahan luas milik RRI, Sukmajaya, Depok, Jawa Barat, terdapat sebuah bangunan yang masih berdiri kokoh bagaikan Istana namun rusak termakan usia.

Bangunan yang megah ditambah pilar penopang bangunan dibeberapa sisinya, jendela berukuran besar, hiasan ukiran kayu diatas pintu  menambah kesan artistik pada bangunan tersebut, Hal itu menandakan pemiliknya bukanlah orang biasa.

Konon, karena rumah tersebut awalnya berdiri diwilayah Cimanggis, Depok, belakangan rumah tersebut bernama Landhuis Tjimanggis atau Rumah Cimanggis. Pemiliknya adalah Gubernur Jenderal VOC ke-27 zaman kolonial Belanda, Albertus Van der Parra.

Sejarawan Adolf Heuken pernah menulis, Rumah tersebut dibangun oleh David J. Smith sekitar tahun 1775-1778. Letaknya pada kilometer 34 menuju Bogor sebelum masuk wilayah Cibinong, tepatnya saat ini berada dalam komplek pemancar Radio Republik Indonesia (RRI) Sukmajaya, Depok.


Ketua Depok Heritage Community, Ratu Farah Diba, mengatakan, Rumah Cimanggis ditinggali oleh istri kedua Van der Parra yang bernama Adriana Johanna Bake yang dinikahi setelah istri pertamanya Elisabeth Patronella van Aerden meninggal dunia.


Adriana Johanna Bake merupakan pemilik pasar Cimanggis (kini pasar pal). Dahulu pasar tersebut menjadi tempat peristirahatan orang-orang dari Batavia mengistirahatkan kudanya, dan Rumah Cimanggis menjadi tempat persinggahan bagi yang ingin meneruskan menuju Bogor.


"Sekarang yang kita kenal jalan Raya Bogor, Pada saat itu sudah menjadi jalur rintisan menuju Bogor, berbedanya saat itu masih hutan", ujar wanita yang karib dengan sebutan Bunda Farah tersebut.



Rumah Cimanggis sekarang (2018)


Mengingat usianya yang sudah tua dan tidak terawat, rumah itu sudah sangat berbeda dari kondisi semula. Atapnya sebagian besar sudah tidak ada, pilar maupun dinding separuhnya sudah runtuh dan sisanya dikelilingi tanaman rambat, halamannya dipagari oleh tumbuhan liar.


Bunda Farah mengatakan kondisi bangunan saat ini tersisa 40-50 persen saja, meski begitu batas ruanganya masih tersisa sehingga bentuk aslinya masih terlihat.


Bangunan tersebut mulai rusak sejak ditelantarkan oleh pihak RRI yang pada tahun 2002-2003 sempat ditinggali oleh karyawannya.


“Bangunan pada 2005-2009 masih terlihat utuh namun kondisinya sudah berantakan dengan barang peninggalan karyawan RRI yang tidak dibawa,” lanjut Bunda Farah


Semenjak tidak dihuni oleh karyawan RRI, Rumah Cimanggis diacuhkan begituh saja sampai tidak adanya perawatan yang diberikan,  hingga pada tahun 2010 atap pada Rumah itu mulai berjatuhan.


Kondisi seperti itu oleh beberapa kalangan seperti sejarawan dan komunitas sejarah salah satunya Depok Heritage Community amat sangat disayangkan.


Merasa Rumah Cimanggis merupakan peninggalan bersejarah yang berharga dan harus diperhatikan kondisinya, oleh karena itu pada tahun 2013 Depok Heritage Community mengajukan kepada pihak Pemerintah Kota Depok Rumah Cimanggis dijadikan Bangunan Cagar Budaya. (Is)

Comments