JURNAL HIMAKOM
JARKOM – Belakangan, kegiatan Malam Keakraban (Makrab) sudah mulai
akrab di telinga mahasiswa Institut Bisnis dan Informatika Kosgoro 1957
(IBI-K57), khususnya bagi mahasiswa di tingkat Himpunan Mahasiswa (Hima).
Seolah menjadi tradisi, mahasiswa baru (maba) yang hendak berkegiatan di
lingkungan kampus, harus melewati prosesi makrab yang diselenggarakan oleh
masing masing Hima tersedia pada Program Studi (Prodi) se IBI-K57.
Kepala Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu dan Ilmu Politik
IBI-K57, Agus Hitopa mengatakan, makrab menjadi momentum maba mengenal budaya
dan tradisi yang ada didalam masing-masing prodi. Agar maba dapat memahami dan
lebih mencintai prodinya.
“sisi positifnya kegiatan makrab bisa menjadi wahana bagi
mahasiswa baru untuk saling mengenal dan memahami prodi yang akan dia jalani
selama berkuliah disini,” kata Agus saat dikonfirmasi Jurnal Himakom di
ruangannya.
Agus menambahkan, bagai dua mata pisau, kegiatan makrab juga
memiliki sisi negatif yakni dapat dijadikan ajang senior menindas juniornya apabila
tidak ada batasan dalam penyelenggaraan makrab tersebut.
“butuh pengawasan ketat, agar tidak terjadi perpeloncoan yang
berdampak pada sosiologis anak (red: maba),” lanjut Agus.
Peran serta Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) menjadi penting,
guna menyempurnakan kegiatan makrab agar sesuai dengan esensinya yakni
pengenalan tradisi berkehidupan di kampus yang sesuai dengan asas Tri Dharma
dan Wawasan Almamater yang berlaku di IBI-K57.
Sementara itu, Presiden BEM IBI-K57, Achmad Fuad mengatakan,
sejatinya Makrab dilaksanakan secara rutin pada awal periode semester ganjil
yang merupakan kegiatan lanjutan dari Pengenalan Kehidupan Kampus pada
Mahasiswa Baru (PKKMB).
“jadi setelah maba ini dikenalkan pada kehidupan kampus
secara universal, mereka juga harus diperkenalkan tentang budaya yang ada
dimasing masing prodi, dari makrab itulah mereka bisa mendalaminya,” kata Fuad.
Namun, lanjut Fuad, menurutnya hampir semua organisasi di
IBI-K57 belum memahami benar konteks ataupun esensi dari makrab, sehingga
banyak dari para organisatoris yang menjalankan makrab dengan menurunkan
tradisi yang dijalankan sebelumnya.
“seperti ajang balas dendam, para hima terkadang hanya
mengikuti tradisi sebelumnya, jadi akhirnya esensi makrab hilang,” lanjut Fuad
.
Karena menurutnya, bila di lihat dari esensi dan judul
makrab, memang seharusnya menitik beratkan pada point keakraban. Namun
yang terjadi justru ada beberapa kegiatan yang memang di
campuradukan dengan orientasi ataupun dengan unsur pendidikan.
Hal tersebut telah di tinjau dari beberapa kegiatan yang
sudah di selenggarakan oleh beberapa Himpunan Mahasiswa seperti Pendidikan dan
Keakraban (Dikrab) yang di gelar oleh HIMAKOM dan Orientasi dan Keakraban
Mahasiswa Manajemen (ORKAMEN) oleh HIMMA.
“karena dasarnya hal-hal ini memiliki metode masing-masing
untuk disampaikan bila hal tersebut dicampur dalam satu kegiatan tidak akan
maksimal karena memiliki penyampaian dan metode yang berbeda,” bebernya
(18/10). (*)
Comments
Post a Comment